Orang indonesia memanggil
orang arab dengan sebutan "HABIB", kependekan dari kata "HABIBULLAH"
(kekasih Allah), ada juga yang menyebutnya "YEK", sebenarnya adalah
"SAYYID" entah bagaimana dan siapa yang mulai, mungkin kerena lidah
orang indonesia kebanyakan suka mempersingkat kemudian menjadi "YID"
dan mempermudah menjadi ""YEK" sedangkan untuk orang arab yang
beraksesoris jenggot di dagunya biasanya di panggil "SYAIKH"
Indonesia adalah surga
bagi orang arab, ini dikarenakan orang indonesia sangat mengistimewakan semua
orang yang berasal dari negara kelahiran Nabi Muhammad tersebut. Tak heran Ali
Jabir penceramah di berbagai stasiun TV yang biasa dipanggil Syaikh memboyong
beberapa adiknya ke indonesia yang konon untuk mencari putri pribumi sebagai
pendamping dan untuk berdiam di Negeri ini, mungkin Ali Jabir paham masa depan
di indonesia sangat cerah bagi orang-orang arab.
tak lepas dari masyarakat
pedalaman yang mayoritas santri dan fanatik habib, mereka biasa memanggil orang
arab dengan sebutan "YEK" atau "HABIB" (seterusnya akan
saya tulis habib). di katakan habib karna diyakini orang arab atau keturunan
arab adalah orang suci yang dekat dengan Allah karena semangat ibadahnya dan
jika habib datang kerumah mereka maka akan di perlakukan seperti raja, bahkan
seakan-akan apa yang keluar dari lidahnya adalah sabda Tuhan dan permintaannya
ibaratkan sebuah kewajiban, hal ini menjadikan beberapa orang yang di panggil
habib semena-mena menjadikannya kesempatan untuk membuat kerajaan fiktif di pedesaan.
Beberapa hal saya temui,
berbagai cerita yang dibanggakan saya dengar, seperti halnya habib datang
berlibur dengan kedok silaturrahmi dan menginap dengan meminta kamar yang paling
nyaman dirumah tersebut bahkan minta di pijat ke pemuda sekitar dengan durasi sangat
lama, uniknya meski sampai berhutang dan badan kelelahan ini merupakan suatu
kebanggaan tersendiri bagi masyarakat desa yang di kunjungi habib. alangkah
begitu lugunya masyarakat pedalaman, mereka tidak berfikir buruk sedikitpun
meski kalau saya perhatikan habib hanya berkunjung ke rumah yang lumayan mewah
atau memiliki hasil penen buah idaman, seperti durian, manggis dan buah lainnya.
itulah kenyamanan seorang habib, bisa berkedok dakwah tapi hanya berkunjung ketempat
yang membuahkan hasil materi.
begitupun ketika batu akik
membuming, beberapa habib berganti profesi menjual cincin atau kalung akik yang
katanya sudah di ijazah diberi karomah dan juga akik yang dipenuhi barokah, ini
tentunya menjadi ladang emas untuk mendapatkan uang berlipat, ada yang
mengatakan jika habib sudah menawarkan maka wajib di beli meski dengan hutang. harganyapun
bervariasi tapi bukan dari barang yang di jual melainkan dari orang yang
membeli, meski barangnya sama jika pembelinya tergolong kaya, harganya tinggi
jika orang biasa maka lebih murah, meski demikian harga murah tersebut tetap saja
mahal di banding harga batu akik yang sama di tempat lainnya tapi karena
penjualnya adalah habib dan dipercaya penuh barokah masyarakatpun banyak memesannya.
Kisah lain juga terdengar
di telinga, seorang habib suka bepergian dengan mengajak beberapa pemuda desa
yang mudah untuk disuruh-suruh, alangkah baiknya jika habib yang ini mengajak
keluar untuk ziarah atau kegiatan ibadah penting lainnya, tapi fakta berkata kebanyakan
habib hanya silaturrahmi atau berlibur ke tempat lain untuk beberapa hari tanpa
peduli kepada pemuda yang dia ajak harus bolos dari pendidikannya dengan waktu
yang lama.
begitupun yang berhubungan
dengan pembayaran (uang), jika habib
butuh sesuatu seperti barang atau jasa dan harus membayar biasanya habib
mengambil atau menikmati yang dia butuhkan dulu, atau dia bilang di awal
"saya butuh ini, tapi saya tidak bawa uang nanti kalau saya lewat disini
lagi saya akan memberi anda uang" kata-kata seperti itu justru membuat pemilik
sesuatu barang atau jasa yang di pakai habib merasa tidak enak sendiri sehingga
memberinya dengan cuma-cuma, dan jika habib membutuhkan sesuatu lagi dia datang
lagi dan mengatakan "saya butuh ini lagi tapi saya lupa lagi tidak bawa
uang, nanti kalau saya lewat saya akan memberi anda uang" dan seterusnya.
Orang yang pernah bersodaqoh/melayani
habib jika makin diperbanyak rizkinya itu bukan selalu berarti habibnya yang penuh
barokah tapi karena orang tersebut memberi dengan ikhlas atau mungkin karena keluguannya
menjadi korban kedzoliman atau dimanfaatkan oleh orang yang mengaku habib. mungkin
masih banyak kejadian yang belum saya dengar dan tidak semua "habib"
adalah bukan habib banyak pula orang arab yang datang ke pedesaan murni untuk
berdakwah bahkan membantu ekonomi masyarakat bawah, kita harus lebih bijak
untuk mengenal mana yang habib dan yang hanya ingin di anggap habib lebih-lebih
kalau kita perhatikan banyak orang yang di panggil habib tapi meninggalkan
rukun Islam yang kedua.
Kejadian yang tak kalah
ramai juga terjadi saat adanya aksi yang mengklaim sebagai "Bela Islam", terlepas dari
pembahasan tentang ahok beberapa stasiun TV yang memiliki kepentingan politik
juga memanfaatkan momen demo kaum bersurban tersebut, tentunya dengan berita
yang berat sebelah dan gambar yang penuh dengan pasukan berjubah membuat
beberapa masyarakat pedesaan yakin jika perjalanan ke ibu kota tersebut adalah
sabilillah dan syahid sehingga harus ikut serta meski ongkos pas-pasan dan
istri dirumah tak diberi makan, hal itu masih tergolong biasa tapi efek yang
tak kalah parah juga seperti sudah di halalkannya berteriak kata-kata kotor yang
ditiru dari tulisan di spanduk-spanduk demo yang tayang di TV dan orasi-orasi
penuh kebancian, begitupun juga adanya orang-orang yang mudah mengkafirkan dan
memiliki anggapan birokrasi di indonesia dipimpin oleh orang kafir, terlebih
jokowi yang di percaya selain melindungi ahok juga menaruh logo komunis "palu
arit" di beberapa pecahan uang rupiah, padahal klo kita ingat logo di uang
kertas tersebut sudah ada sebelum jokowi menjadi presiden tapi berita tersebut sontak
ramai dan memanas tak kala disampaikan dalam sebuah ceramah oleh Rizieq Sihab, Tanpa
bermaksud menghakimi Rizieq Sihab yang sudah dikenal sebagai habib oleh masyarakat
indonesia tentunya apa yang sudah ia katakan sangat mempengaruhi beberapa
masyarakat dan penduduk pedesaan yang minim informasi dan fanatik "habib"
Fanatisme habib juga
dimanfaatkan oleh orang pribumi, meski tak berhidung mancung dan tak mirip
habib tapi beberapa orang menjual dagangannya dengan mengaku barang tersebut titipan
dari habib, tak banyak di temui kejadian ini karena yang dijual biasanya cuma
jamu atau hanya parfum, entah itu titipan habib atau bukan tapi sipenjual
tersebut bisa meraup untung yang banyak dari barang yang katanya adalah dari
habib.
Fanatik terhadap habib
tentunya karena adanya hal yang berbau agama, orang yang dipanggil habib dikeranakan
dia berasal atau memiliki keturunan dari negara dimana Nabi Muhammad dilahirkan.
orang pribumi juga ada yang di istimewakan layaknya habib yaitu Kyai; orang
yang memiliki pesantren dan santri, tapi karena kyai kebanyakan memiliki paras
asli indonesia maka orang yang mengistiwekannya adalah orang yang tahu jika itu
adalah kyai, berbeda dengan habib, yang penting berparas arab, hidung mancung dan
sedikit brewok walaupun belum kenal, belum pernah tahu, meski lebih muda maka kebanyakan
orang indonesia langsung cium tangan.
MELENGSERKAN "HABIB"
DARI KE-"WALI"-ANNYA, tulisan HABIB dan WALI saya kasih tanda petik (
" ) dan memiliki maksud orang yang berpura-pura habib dan ingin di wali-kan,
tidak semua orang berparas arab adalah habib. maksud tulisan saya ingin
mengajak masyarakat (pedesaan khususnya) agar tidak meng-habib-kan seseorang cuma
dari wajah yang berparas timur tengah saja melainkan dari iman, tidak semua orang
arab adalah keturunan Nabi Muhammad dan pridikat habib (habibullah) bisa
saja untuk kaum pribumi yang memiliki iman dan ketaatan yang tinggi kepada
Allah dan Rasulnya.
Sesungguhnya kekasih Allah
(Habibullah) adalah seseorang yang di cintai oleh Allah karena ibadahnya, dari
akhlaknya dan keberadaanya yang bermanfaat bagi orang lain. (bukan karena
ke-arab-annya).
Mulyakan semua orang, dan
istimewakan yang benar-benar terbukti baik